Sunday, August 6, 2017



00532 00807 01242

Tahun 2017 ini adalah genap satu abad semenjak kematian sang legendaris master spion dunia berjuluk MATA HARI. Seorang wanita berkebangsaan Belanda yang memiliki bakat khusus dalam mengumpulkan informasi rahasia dengan senjata alaminya, Sex Appeal

Sebuah senjata rahazia yang paling ‘tajam’ serta mematikan dalam perang spionase yang khusus dimiliki oleh kaum hawa.

Di dalam dunia intelijen sering terdengar sebuah pemeo yang berkata bahwa “Dunia intelijen adalah sebuah dunia yang kotor yang harus dilakukan oleh orang-orang Bersih”. Terlepas dari bersih atau kotornya sang legendaris Mata Hari, yang jelas bahwa kepiawaian yang dimiliki secara ‘terbatas’ itu telah membuat dirinya dikenang hingga kini.

LATAR BELAKANG KEHIDUPAN

Mata Hari terlahir pada tahun 1876 di kota Leewarden Belanda dengan nama Margaretha Geertruida Zelle. Ia dibesarkan dalam sebuah keluarga kelas menengah atas pada masa itu, dengan ayahnya sebagai pemilik sebuah toko terkenal hingga bisa menyekolahkan Margaretha di sekolah orang-orang kaya. Namun rupanya spekulasi bisnis yang dilakukan orang tuanya telah menghantarkan keluarganya kepada perceraian dan kebangkrutan hingga ia harus berpisah dengan orang tuanya untuk hidup bersama keluarga jauhnya di kota lain.

Pada usia 18 tahun, Mata Hari yang memiliki nama kecil Gretha, dihimpit oleh kebutuhan hidup, hingga akhirnya bersedia dinikahi oleh seorang perwira tentara Belanda bernama Kapten Rudolf MacLeod dan mengikuti sang suami ditempatkan di wilayah Hindia Belanda yang kini bernama Indonesia. Hidup selama 4 tahun di tanah Jawa rupanya telah membuka wawasannya tentang kehidupan dan budaya di dunia timur pada waktu itu. Sebuah budaya yang dianggap eksotis oleh masyarakat Eropa yang sibuk mengejar materi dan ketenaran.

Kehidupan perkawinan Mata Hari yang kurang bahagia akibat sang suami seorang alkoholik dan sering melakukan KDRT serta memiliki wanita simpanan dari kalangan pribumi (Nyai), berakibat pada keputusannya untuk kembali ke negeri asalnya di Eropa dan menggugat cerai sang suami.

Dengan tanpa dukungan finansial apapun dari mantan suami pasca perceraiannya, Mata Hari terpaksa hijrah ke kota Paris yang penuh glamor untuk mengadu nasib di bidang seni, termasuk seni panggung. Sebuah kota yang sangat seksi dan menjadi incaran para wanita Eropa yang mengalami kehancuran pernikahan di kala itu.

BAB BARU KEHIDUPAN SANG AGEN SPION DI EROPA

Entah apa yang membuat Gretha menggunakan nama Mata Hari sebagai nama panggungnya, yang jelas pengetahuannya tentang adat-istiadat, tradisi serta budaya masyarakat Jawa telah menjadi ‘jualannya’ untuk melambungkan namanya di dunia panggung kota Paris bahkan hingga seantero benua Eropa. Masa tinggalnya selama 4 tahun di pulau Jawa, khususnya kota Malang, mungkin telah memberikan kesan yang sangat mendalam pada diri sang legendaris hingga tak segan ia mengangkat tarian Jawa dikombinasikan dengan budaya India, khususnya Hindu, sebagai aksi panggung yang ia selalu bawakan dalam pentas-pentasnya hingga kerap memukau para audiens. 

Nama Mata Hari yang ia sandang ternyata juga berhasil menghipnotis dunia barat karena dinilai sangat mewakili budaya timur. Mata Hari yang memiliki arti “The Sun” dan kemudian menjadi “Eye of The Day” bagi publik barat, rupanya mulai sering ditulis di media-media cetak Perancis hingga sang Mata Hari mulai dikenal di kalangan masyarakat Borjuis Eropa.

Telah menjadi kebiasaan bagi masyarakat Eropa pada masa itu, terutama di kalangan yang berduit tebal, untuk mengundang wanita-wanita ke klub-klub atau rumah-rumah istana mereka dan diminta untuk memberikan hiburan-hiburan kepada mereka, Mata Hari salah satunya.
Tanpa merasa berat sedikitpun, demi alasan uang, berawal dari seorang pengusaha bidang industri, Mata Hari mulai melayani permintaan para bankir, petinggi militer, pemilik perusahaan multinasional, hingga kalangan politisi, baik di panggung maupun di atas ranjang.

Namun kegemaran Mata Hari menjalin tali asmara ternyata bukan hanya dilakukan terhadap kalangan atas, ia pun menjalin hubungan spesial dengan seorang pilot muda dari Rusia bernama Kapten Vadim Maslov, yang kala itu membantu Perancis di awal Perang dunia ke-I. Kisah cinta dengan sang pilot inilah yang ia sebut sebagai ‘cinta sejati dalam hidupnya’. Maslov merupakan bagian dari 50 ribu tentara Rusia yang dikirim ke garis pertempuran untuk membantu tentara Perancis menghadapi serbuah Jerman di tahun 1916.

Ketika suatu saat dalam sebuah pertempuran udara, pesawat Maslov tertembak dan ia terluka parah dan kemudian tertangkap di wilayah Jerman, timbul keinginan Mata Hari untuk melakukan perjalan ke wilayah Jerman demi menemui sang kekasih di mana Maslov dirawat.
Langkah Mata Hari inilah yang kemudian tercium oleh badan intelijen Perancis, Deuxième Bureau,  untuk menitipkan sebuah misi kepada Mata Hari dengan memata-matai kekuatan Jerman disertai iming-iming imbalan uang sejumlah satu juta Franc, jumlah yang sangat fantantis pada masa itu.

Dengan meanfaatkan status kewarganegaraannya yang netral saat itu, warga negara Belanda, Mata Hari bebas melakukan perjalanan ke berbagai negara yang sedang berseteru kala itu. Masih dengan senjata rahasia kaum hawa berupa Sex Appeal, Mata Hari berhasil mengorek informasi rencana pergerakan pasukan Jerman yang dipesan oleh badan intel Perancis melalui mulut seorang pejabat tinggi kerajaan Jerman, Putra Mahkota Wilhelm

Namun rupanya untuk memperoleh informasi sensitif dari seorang target tidak selalu mudah, bahkan dengan senjata seks sekalipun. Mata Hari kadang perlu memberikan umpan berupa informasi tentang pergerakan tentara Perancis untuk di-‘barter’ dengan informasi dari pihak Jerman yang dipesan Perancis. Hingga akhirnya posisi Mata Hari dinilai sebagai seorang Agen Ganda. Agen yang bekerja untuk ke dua belah pihak yang tengah berseteru. Status ini tentu menjadi sebuah posisi seorang agen yang memiliki resiko paling tinggi dalam dunia spionase.

Waktu terus berjalan dan Mata Hari pun terus mengirimkan informasi yang dipesan dari kedua belah pihak. Hingga akhirnya pada Januari 1917, pihak intelijen Perancis berhasil menyadap dan membongkar pesan sandi komunikasi radio antara Atase Militer Jerman, Mayor Arnold Kelle, di Madrid yang berkomunikasi dengan pusatnya di Berlin. Di mana di dalam serangkaian komunikasi tersebut banyak menyebutkan aktivitas yang sangat membantu dari seorang agen Jerman dengan kode H21, yang diidentifikasikan sebagai Mata Hari. 

Cerita versi lain menyebutkan bahwa sesungguhnya komunikasi antara Madrid dan Berlin adalah sebuah jebakan yang disiapkan terhadap Mata Hari. Jerman menggunakan sistem sandi yang mereka ketahui sebelumnya telah berhasil dipecahkan oleh Perancis. Sehingga komunikasi radio Jerman di antara sesama mereka ketika membahas Mata Hari memang disengaja agar bisa dibaca oleh Perancis. Ini dilakukan karena Mata Hari dinilai sudah tidak dapat lagi memberikan informasi yang bernilai bagi Jerman, sehingga layak dilakukan ‘negasi’ kepadanya, namun mesti dilakukan oleh tangan-tangan Perancis sendiri.

Agen-agen intel Perancis akhirnya menangkap Mata Hari pada Februari 1917 ketika sedang menginap di sebuah hotel di Paris. Ia dituduh sebagai agen Jerman di mana tindakannya itu telah menyebabkan kematian sekitar 50 ribu tentara di pihak Perancis. Suatu tindakan yang dianggap telah mengkhianati sebuah bangsa dengan ancaman hukuman mati. Sebuah secret ink yang ditemukan di kamarnya menjadi alat bukti yang memberatkan tuduhan terhadapnya.

Di persidangan yang dilaksanakan pada pertengahan 1917, Mata Hari membela diri dengan mengatakan bahwa informasi yang ia berikan kepada pihak Jerman adalah informasi yang tidak bernilai. Ia tetap bersikeras bahwa dirinya tetap loyal kepada pihak Perancis sebagai negara yang status kewarganegaraanya ia dambakan.

Pada musim semi di tahun yang sama, Perancis mengalami beberapa kegagalan pertempuran terhadap Jerman yang disebabkan oleh kelelahan para tentaranya. Di saat yang sama, muncul pemerintahan baru yang dipimpin oleh Georges Clemenceau berjuluk ‘Le Tigre’ yang memiliki visi untuk memenangkan peperangan melawan jerman. Untuk itu diperlukan seseorang untuk dijadikan ‘kambing hitam’ atas kekalahan Perancis di waktu-waktu sebelumnya. Kiranya Mata Hari menjadi satu ‘kambing hitam’ yang sempurna sesuai dengan yang dimaksud oleh pemimpin baru tersebut.

Hingga suatu hari di bulan Oktober tahun 1917 yang dingin, di luar kota Paris, pada usianya yang ke-41, kehidupan sang legendaris Mata Hari mesti berakhir di depan regu tembak tentara Perancis.

SISI LAIN SANG MASTER SPY

Banyak kalangan yang mempertanyakan keahlian Mata Hari dalam menjemput informasi berklasifikasi yang tentunya tidak dimiliki oleh masyarakat umum. Bagaimana seorang yang hanya bisa meliuk-liuk di atas panggung dan ranjang, bisa disebut sebagai seorang agen mata-mata kelas dunia. Apakah hanya karena keahliannya yang terlalu ‘rata-rata air’ itu bisa membawanya ke suatu predikat yang dikagumi orang banyak.

Ada satu informasi yang menyebutkan bahwa Mata Hari sempat dilatih secara kilat oleh agen perekrut dari Jerman. Ia dilatih bagaimana caranya untuk menyembunyikan pesan rahasia dengan menggunakan Secret Ink dan melalukan komunikasi sandi dengan radio.

Terlepas dari pernah atau tidaknya Mata Hari mengenyam pendidikan khusus agen spionase dari sebuah badan perekrut, namun motivasi diri, status kewarganegaraan, kemampuan berbicara dalam berbagai bahasa asing dan kelihaian di atas ranjang serta keluwesan dalam melakukan perjalanan jauh antar negara, telah menghantarkannya menjadi seorang agen profesional yang layak dibayar tinggi. 

Kemampuan dan keahlian seperti yang dimiliki Mata Hari itu lah, hal-hal yang selalu didambakan oleh aparat agen rahasia di seluruh dunia untuk menjadi salah satu aspek penting dalam menudukung kelancaran tugas-tugas di bidang yang selalu abu-abu itu.

Dalam sebuah tulisan, bahwa jauh di dalam hatinya, sesungguhnya ada sifat keibuan yang didorong oleh kekecewaan atas meninggalnya kedua buah hatinya yang disebabkan oleh penyakit sifilis yang diturunkan oleh ia dan mantan suaminya. Sebuah harapan akan seorang ibu yang selalu ia dambakan dan terbukti dari surat-surat yang ia sering kirimkan kepada saudara sepupunya di tanah kelahirannya, Belanda.

Selain itu, uang lebih menjadi interest-nya lebih dari pada seks. Di mana ia sebenarnya cukup trauma dengan penyakit sifilis yang ia peroleh dari suaminya yang mengakibatkan seks bukan menjadi menu utama dalam menjalin kisah percintaan dengan kalangan atas Eropa. (01dz@2017)



1 comment:

  1. wow, dramatis! Nice, gan! lanjut terus, selalu sukses ya!!

    ReplyDelete

Silahkan memberikan komentar. Terima kasih.