Tuesday, August 22, 2017

02204 08230 01015

Kini negeri kita Indonesia telah memasuki era baru dalam perkuatan alutsista laut dan bawah air.

Dengan hadirnya kapal selam ke-3 (setelah KRI Cakra dan KRI Nenggala) di jajaran persenjataan berat TNI AL bernama KRI NAGAPASA, nomor lambung 403, maka pantas jika negeri-negeri jiran saat ini mulai ‘panas-dingin’. Sifat khas dari kapal selam yang sulit terdeteksi karena lebih banyak berada di bawah permukaan air, namun kehadirannya yang sulit diduga dan sering kali menghancurkan aset musuh secara tiba-tiba, kiranya pantas jika kita sebut kapal selam sebagai Monster Bawah Air.

KRI Nagapasa yang merupakan kapal selam buatan negeri Gingseng tersebut, merupakan satu dari 3 kapal selam yang dipesan pemerintah Indonesia. Dalam transaksi pengadaan alutsista ini, Indonesia dan Korea Selatan sepakat menerapkan cara pembelian dengan sistem Transfer Of Technology (TOT), di mana kapal selam berikutnya akan dikerjakan sendiri oleh tangan-tangan putra Indonesia.


Menurut informasi yang beredar, saat ini kapal selam kedua dengan nama KRI Trisula (404) tengah dalam proses pembuatan di galangan kapal Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering (DSME). Sementara pada tahun 2018 yang akan datang, kapal selam ketiga dengan nama KRI Nagaransang (405), nantinya akan dikerjakan di galangan kapal ber-plat merah PT. PAL secara murni oleh tangan-tangan anak negeri.

KRI Nagapasa sendiri mengadopsi teknologi dan konstruksi dari kapal selam Kelas Chang Bogo Korea Selatan, di mana teknologi kapal selam tersebut diturunkan dari teknologi kapal selam Jerman. Dalam jajaran arsenal TNI-AL, KRI Nagapasa (403) ini masuk ke dalam kapal selam kelas Cakra. Kesemua kapal selam tersebut mengadopsi teknologi kapal selam Jerman dengan varian tipe 209-1400 diesel-electric attack submarine yang termasuk ke dalam teknologi peralihan antara teknologi akhir abad 20 dan awal milenium.

KRI Nagapasa ini nantinya akan memperkuat armada pemukul dari Satuan Kapal Selam Komando Armada RI kawasan Timur (Koarmatim).


Korea sejatinya telah bekerjasama dengan Jerman dalam pembuatan dan pengembangan teknologi kapal selam sejak tahun 1980-an. Sehingga setelah 30 tahun melakukan pengembangan teknologi monster bawah air ini, Korsel dengan percaya diri menjadikan Indonesia sebagai negara perdana tujuan ekspor kapal selamnya.
 

Langkah Korea Selatan ini telah menempatkan negeri gingseng tersebut ke dalam daftar negara-negara pengekspor kapal selam di dunia sejajar dengan Perancis, Inggris, Rusia, Swedia dan Jerman yang telah mendahuluinya.

Pilihan Pemerintah Indonesia yang mengajak kerjasama dengan Korea Selatan dalam pembangunan dan pengembangan teknologi kapal selam ini adalah merupakan sebuah pilihan yang tepat, karena teknologi Chang Bogo Class Submarine ini adalah termasuk teknologi kapal selam terbaik di dunia. Sebagaimana diketahui bahwa teknologi kapal selam Korea ini diturunkan dari negeri Jerman yang pada era perang dunia ke-II sangat maju dalam teknologi perkapal-selaman dengan banyaknya produksi kapal selam U-Boat atau Untersee Boot yang kisah suksesnya telah menjadi legenda hingga kini.


Type 209 Diesel-Electric Attack Submarine

Canggihnya teknologi yang diusung kapal selam KRI Nagapasa ini, memungkinkan kapal selam kebanggaan TNI AL ini, dapat berlayar sejauh 11.000 nmi atau 20 ribu kilometer tanpa re-fuelling. Jarak tersebut cukup untuk menempuh perjalanan laut dari Sabang sampai Merauke 2 kali bolak-balik.
 

Rudal jenis HARPOON
Dengan ukuran panjang 61 meter dan lebar 7,6 meter, KRI Nagapasa memiliki bobot 14.000 ton ketika berada di permukaan dan 16.000 ton saat menyelam serta dapat diawaki oleh 41 personil (termasuk Komandan Kapal Selam). Di samping itu, KRI Nagapasa dapat berlayar selama 50 hari non-stop tanpa bekul (bekal ulang).

Kemampuannya menyelam hingga kedalaman 500 meter di bawah permukaan laut, menjadikan monster bawah air ini sulit tercium keberadaanya, bahkan oleh peralatan pendeteksi canggih manapun di dunia saat ini. Inilah satu kemampuan KRI Nagapasa yang menjadi senjata andalannya dalam menjalankan misi-misi rahasia.

Sebagaimana dimaklumi, nama Nagapasa diambil dari nama sebuah anak panah yang merupakan senjata sakti dalam cerita pewayangan. Senjata andalan tokoh wayang bernama Indrajit ini, ketika ditembakkan, dapat menjelma menjadi ribuan ular naga yang siap melumat musuh dari Si Indrajit ini. Sehingga sangat sesuai jika kapal selam ke-3 TNI AL ini diberi nama Nagapasa.


Untuk itu, dalam hal persenjatan, KRI Nagapasa dilengkapi dengan 14 buah torpedo tipe SUT (Surface and Underwater Torpedoes) yang dapat ditembakkan melalui 8 tabung torpedo berukuran 21 inch (533 mm) di moncongnya.

Tidak hanya torpedo, KRI Nagapasa juga dapat diintegrasikan dengan rudal jenis Harpoon untuk menghancurkan target di permukaan air, di darat dan bahkan di udara. Selain itu, KRI Nagapasa juga dapat membawa ranjau laut yang ditempatkan secara eksternal di punggung kapal.

Dalam urusan dapur pacu, propulsi penggerak kapal selam kebanggaan anak negeri ini mengusung 4 buah mesin diesel MTU tipe 8V396 buatan Siemens. Dengan mesin elektrik tersebut, KRI Nagapasa mampu melesat dengan kecepatan 11 knot (20 km/jam) di permukaan dan 21,5 knot (39,8 km/jam) di bawah permukaan air. Kecepatan yang cukup memadai dalam melakukan penghindaran dari kejaran kapal frigat ataupun kapal destroyer musuh pasca penyerangan.

Dalam hal pengadaan alutsista modern ini, Pemerintah RI tidak tanggung-tanggung, untuk tiga buah kapal selam dari Chang Bogo Class ini, Indonesia harus membayarnya seharga 1,1 miliar dolar Amerika atau sekitar Rp 13,5 triliun. Sehingga untuk 1 buah kapal selam, Pemerintah Indonesia harus merogoh koceknya dalam-dalam  sebesar 4,5 triliun rupiah. Kontrak antara Pemerintah Indonesia dan Korea Selatan sendiri ditandatangani pada tahun 2011 yang lalu di bawah kesepatakan alih teknologi.

Bahkan sempat beredar informasi bahwa untuk menjaga seluruh wilayah perairannya yang sangat luas, pemerintah Indonesia berniat untuk membangun hingga 10 buah kapal selam lagi secara mandiri dalam waktu dekat, di samping masih mempertahankan 2 kapal selam lama. Sehingga total kapal selam yang akan ber-seliweran di laut nusantara nantinya berjumlah 12 buah, sungguh merupakan rencana yang membuat negara lain di kawasan Asia Tenggara semakin ‘keringat dingin’. Mudah-mudahan rencana ini dapat terwujud sesegera mungkin.

Sebagaimana dimaklumi, saat ini negara-negara jiran juga sesungguhnya telah memiliki kekuatan alutsista bawah air berupa kapal selam. Sebut saja Singapura yang memiliki 6 buah kapal selam buatan Swedia dan Malaysia dengan 2 buah kapal selam dari kelas Scorpene buatan Perancis.

Sementara di sebelah utara, ada negeri Gajah Putih Thailand memiliki 3 buah kapal selam buatan China dalam rentang pengadaan 2017 hingga 2021. Vietnam mengoperasikan 6 buah kapal selam Kilo-Class buatan Rusia.

Di sebelah selatan, negeri kangguru Australia, saat ini diperkuat dengan 6 buah kapal selam dari Collins-Class made in Swedia.



 


dikompilasi dari berbagai sumber @2017


0 komentar:

Post a Comment

Silahkan memberikan komentar. Terima kasih.