Tuesday, May 30, 2017

Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) kembali menorehkan prestasi gemilang di pentas internasional dengan menjadi juara umum dalam lomba tembak bergengsi antar Angkatan Darat mengalahkan 20 negara peserta seperti, Amerika Serikat, Inggris dan Prancis.

Saturday, May 27, 2017



Kapal Perang jenis Frigate
Luas laut Indonesia adalah dua-per-tiga dari seluruh luas wilayah negara. Maka seyogyanya lah, kita sebagai bangsa bahari, berjaya di laut. Dan untuk mendukung kejayaan maritim Indonesia tersebut, sudah selayaknya jika bangsa Indonesia memiliki Angkatan Laut yang tangguh dan diperkuat dengan barisan Kapal-Kapal perang yang selalu siap tempur kapan pun dibutuhkan.

Friday, May 12, 2017

MG-42, adalah senapan mesin andalan Nazi yang masuk ke dalam kategori senapan mesin ringan.

Thursday, May 11, 2017

PISTOL vs REVOLVER
Kita tentu sering menyaksikan berita di TV mengenai kasus tembak-menembak antara polisi dan perampok atau teroris. Dan umumnya orang langsung berasumsi bahwa polisi dan lawannya sama-sama menggunakan pistol. Tapi tahukah anda, bahwa ada 2 kategori utama dalam dunia senjata api genggam (handgun) ? Kedua kategori itu ialah Pistol dan Revolver.

Pada umumnya masyarakat awam menganggap bahwa Pistol dan Revolver sama saja. Keduanya adalah senjata api laras pendek yang dapat dioperasikan hanya dengan satu tangan dan ukurannya cukup kecil serta ramping sehingga dapat diselipkan di pinggang.

Ketidak-tahuan masyarakat tentang hal tersebut tentu dapat dimengerti karena masyarakat awam pada umumnya tidak terlalu memperhatikan secara detail perbedaan kedua jenis senjata api tersebut, selain itu juga mungkin karena akses masyarakat terhadap senjata api di negeri ini sangat dibatasi oleh pemerintah.

Namun untuk kalangan tertentu yang menggeluti dunia senjata api, seperti aparat keamanan, tentara atau para pehobby menembak, tentu perbedaan tersebut cukup mendasar. Perbedaan mendasar tersebut disebabkan adanya perbedaan bentuk rangka utama (frame) serta mekanisme kerja dari kedua kategori senjata api tersebut.

Untuk membahas perbedaan tersebut, Tim Zona Pertahanan berusaha mengupas materi tentang Perbedaan PISTOL dan REVOLVER, mulai dari sejarah penamaan, terminologi, mekanisme penembakan hingga amunisi yang digunakan kedua kategori senjata api tersebut.

Sejarah :

Pistol sejatinya mulai memasuki jajaran persenjataan kerajaan-kerajaan di Eropa sekitar abad ke-16. Istilah Pistol sendiri diperkenalkan di daratan Inggris pada tahun 1570. Kata Pistol diadopsi dari bahasa Perancis, Pistolet, yang sudah muncul 20 tahun sebelumnya.

Sempat timbul perdebatan di kalangan ahli sejarah mengenai munculnya istilah Pistol, ada yang mengklaim bahwa kata tersebut berasal dari Jerman, pitschale, pitschole, petsole, bahkan ada yang menyebutkan berasal dari negeri Cheko.

Terlepas dari perbedaan pendapat tersebut, pada intinya istilah Pistol pada awalnya adalah istilah yang digunakan untuk menamakan sebuah senjata berbentuk meriam genggam (Hand Cannon) yang dapat di bawa-bawa oleh penggunanya (portabel).

Sesuai dengan sifatnya pada masa itu, sebuah pistol hanya dapat memuntahkan satu butir peluru saja untuk selanjutnya diisi kembali dengan peluru berikutnya jika ingin melakukan penembakan lagi. Hal ini hampir tidak berubah sampai ditemukannya teknologi yang lebih maju pada abad ke-19, yaitu dengan ditemukannya senjata api jenis Revolver oleh seorang berkebangsaan Amerika bernama Samuel Colt pada tahun 1836.
Revolver Rancangan S. Colt



Senjata api jenis revolver ini sangat digemari pada masanya, terutama di wilayah Wild West yang sekarang lebih dikenal dengan daerah bagian Barat negeri Paman Sam. Antusiasme para penggunanya, terutama di kalangan Frontier dan Cowboy, timbul karena senjata api ini dapat diisi dengan hingga 5 butir peluru sekaligus. Sehingga jauh mengalahkan senjata api jenis sebelumnya, yaitu jenis Flintlock, yang hanya mampu mengusung satu butir peluru saja.
Pistol jenis Flintlock



Di kawasan yang sangat ganas seperti di Wild West, senjata api dengan kemampuan ini tentu sangat dibutuhkan, mengingat ada saja timbulnya ancaman, baik dari para perampok, bandit, dan yang lebih populer seperti di film-film Koboi adalah musuh bersenjatakan panah dan busur dari suku Indian yang jumlahnya sangat banyak. Sehingga untuk melawan musuh-musuh tersebut, dibutuhkan senjata api yang dapat memuntahkan tembakan berkali-kali tanpa harus mengisi peluru setiap kali sehabis menembak.

Terminologi :

Dilihat dari sudut pandang definisi, memang belum semua kalangan sepakat dengan perbedaan istilah Pistol dan Revolver. Meski demikian, sejumlah situs menyimpulkan definisi Pistol di mana Pistol adalah tipe senjata api yang memiliki sebuah ruang untuk menembakkan sebutir peluru atau ruang tembak (chamber) yang terintegrasi dengan larasnya (barrel).

Sementara Revolver disematkan kepada kategori senjata api yang memiliki sebuah bagian berbentuk silinder yang berputar (revolve) yang mana silinder tersebut berisi beberapa kamar tembak (multiple chambers).

Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa pengistilahan ini belum disepakati bersama, terutama di kalangan militer, terbukti bahwa militer Inggris masih menyebut revolver organik mereka dengan sebutan Pistol Revolver.

Mekanisme

Berbicara tentang mekanisme kerja atau sistem penembakan senjata api genggam ini, sebenarnya ada beberapa jenis, mulai dari sistem penembakan satu kali (single shot), sekali tembak beberapa peluru melesat secara bersamaan (harmonica barrels pistol), hingga sistem penembakan revolver dan mekanisme pistol pengisian sendiri (self-loading).  Dua mekanisme terakhir ini yang akan dibahas sesuai topik tulisan.

Mekanisme Revolver :


Sesuai dengan namanya, Revolver, tipe senjata api ini memiliki beberapa bagian utama, yaitu laras, blok silinder yang berisi beberapa kamar peluru, gagang (hand grip), pemicu (trigger) dan pelatuk/hammer.

Sistem Pengisian satu per satu
Nenek moyang revolver besutan Samuel Colt ini, pada awalnya sangat merepotkan dalam hal pengisian peluru. Ketika proses pengisian butir peluru ke dalam kamar di silinder, harus dilakukan satu demi satu melalui sebuah celah di sisi kanan frame. Setiap sesudah memasukkan sebuah peluru ke dalam salah satu kamar dalam silinder, secara manual silinder harus diputar ke kanan untuk dapat mengisikan butir peluru ke kamar berikutnya.

Proses ini tentu sangat sulit dan makan waktu ketika dilakukan dalam kondisi tertentu, seperti ketika berada di atas kuda yang sedang berjalan, atau ketika sedang berada di dalam sebuah baku tembak. Belum lagi ketika butir peluru yang biasanya hanya 5 butir habis semua ditembakkan, untuk membuang selongsong (case) juga harus dilakukan satu demi satu. Betapa merepotkannya.

Sistem Pengisian dengan Speedloader
Berbeda dengan revolver generasi berikutnya, di mana blok silinder dapat langsung digeser keluar (swing out) melalui sebuah lever bersumbu. Apalagi dengan diciptakannya speedloader, seorang pengguna dapat langsung memasukkan 6 butir peluru sekaligus ke dalam silinder dan mengembalikan silinder ke posisi semula untuk selanjutnya revolver siap ditembakkan.

Kapasitas maksimal sebuah silinder sangat bergantung kepada merk dan tipe revolver, ada kapasitas silinder hingga 10 bahkan 12 butir. Namun untuk saat ini yang paling umum di pasaran adalah sebanyak 6 butir.

Pada revolver generasi awal, untuk setiap penembakan, harus diawal dengan proses mengokang, yaitu dengan menarik pelatuk/hammer ke belakang. Ketika pemicu ditarik, pelatuk/ hammer akan memukul bagian primer dari peluru dan terjadi ledakan mesiu di dalam selongsong yang berakibat proyektil peluru terdorong sangat kuat melesat meninggalkan selongsong melalui laras revolver. Demikian proses penembakan berikutnya dilakukan dengan tahapan yang sama. Proses ini dalam terminologi senjata api disebut Single-Action (SA).

Generasi Revolver berikutnya memungkinkan aksi penarikan picu mengakibatkan dua reaksi, yaitu menggerakkan pelatuk ke belakang (sambil memutar silinder), kemudian dilanjutkan dengan memukulkan pelatuk ke bagian primer peluru. Mekanisme ini dinamakan Double-Action (DA). Sehingga untuk setiap penembakan, pengguna tidak perlu lagi menarik pelatuk.

Mekanisme Pistol :

Seiring dengan perkembangan teknologi senjata api genggam, ditemukanlah sistem self-loading yang diterapkan pada mekanisme pistol. Pistol ini terdiri dari beberapa bagian utama, yaitu laras yang menyatu dengan frame, slide (bagian utama yang bergeser), magazine (magazen), pemicu, ejector, extractor, firing pin/striker dan pelatuk/hammer. Pada tipe Hammerless Pistol, pelatuk ini tidak ada.

Pengguna cukup memasukkan magazen berisi beberapa butir peluru dari bawah gagang, kemudian menarik slide ke belakang secara maksimal, melepas safety lever dan pistol siap ditembakkan. Proses menarik slide ke belakang inilah yang disebut mengokang pistol. Pada saat slide ditarik ke belakang, slide akan membawa firing pin ke posisi siap pukul. Dan bersamaan dengan saat slide kembali ke posisi awal, peluru tadi akan terdorong memasuki kamar tembak (firing chamber).


Proses Self-Loading
Ketika pemicu ditarik, firing pin akan memukul bagian primer peluru sehingga terjadi ledakan. Ledakan ini berefek ke dua buah gaya bertekanan sangat tinggi, gaya pertama mendorong proyektil maju melalui laras melesat menuju sasaran, efek dari gaya kedua adalah mendorong bagian slide ke belakang  untuk memberikan kesempatan pada peluru berikutnya memasuki ruang tembak.

Saat di mana selongsong mendorong slide ke belakang, adalah peran extractor mengait bagian rim selongsong dan peran ejector membuat selongsong terpental ke luar pistol. Proses ini akan berulang hingga peluru di dalam magazen habis. Mekanisme penembakan dengan sistem ini yang akhirnya dikenal secara luas dengan istilah sistem Semi-Automatic Pistol.

Sistem ini cukup rumit, namun sangat digemari karena mudah digunakan, dan yang lebih kerennya lagi adalah saat proses pengokangan, dapat menimbulkan 'efek ketakutan' ketika pistol ini digunakan untuk mengancam seseorang.

Catatan dari Sistem Self-Loading

Sejatinya sistem self-loading ini diadopsi dari sistem senapan mesin penemuan seorang berdwi-kewarganegaraan Amerika-Inggris bernama Hiram Maxim pada tahun 1883. Maxim sendiri setelah penemuan senapan mesinnya tersebut, kemudian menerapkan ke pistol rancangannya, namun tidak sampai pada proses produksi masal.

Sistem Toggle-Lock yang ditemukan oleh Maxim, justru dimanfaatkan oleh seorang imigran Amerika asal Jerman bernama Hugo Borchardt dan berhasil menerapkan pada pistol besutannya pada tahun 1893 yang kemudian dia beri nama pistol Borchardt C-93.

Namun ternyata pistol temuan Borchardt ini kurang sukses di pasaran karena kurang stabil sebagai akibat adanya bagian yang menggelembung di sisi belakang pistol. Sehingga pistol agak sulit dibawa dan kurang enak dipandang.

Pistol Browning FN M1900
Sementara pada era yang sama, di belahan negara Belgia, seorang perancang senjata asal Amerika bernama John Browning, menangkap peluang untuk mengajukan hasil rancangannya pada tahun 1896, dengan sebuah gagasan pistol yang dia beri nama FN M1900. Dengan menggunakan mekanisme self-loading tadi, pistol hasil penemuan Browning ini lah yang menjadi dasar pengembangan pistol-pistol semi-automatic hingga saat ini.

Dengan didukung oleh pabrikan senjata yang berbasis di Belgia, bernama Fabrique Nationale, yang disingkat FN, dan kemudian bekerjasama dengan pabrik senjata Colt di negeri Paman Sam, John Browning terus mengembangkan rancangan senjatanya.

Colt 1911
Senjata api yang paling sukses di pasaran dalam sejarah persenjata-apian adalah Colt 1911 yang digadang-gadang sebagai senjata organik militer Amerika selama lebih satu abad, mulai tahun 1911 hingga saat ini. Yang kedua adalah Browning Hi-Power yang juga dijadikan senjata organik andalan di beberapa negara yang juga sampai saat ini.

Walaupun tentara Amerika kini telah berpaling dengan menyandang Pistol Beretta M9 sebagai senjata organiknya, tetapi beberapa satuan militer tertentu masih menggunakan Colt 1911, tentunya dengan beberapa modifikasi.
Browning Hi-Power











Beretta M9

Amunisi :

Kedua kategori handgun di atas, selain menggunakan peluru dengan ukuran dan kaliber yang berbeda, juga memiliki bentuk yang sedikit berbeda, utama pada bentuk piringan di dasar selongsong (Rim).

Di mana pada jenis revolver, bagian Rim peluru dibuat lebih lebar yang berfungsi untuk menahan peluru ketika ditempatkan di dalam chamber di silinder. Sementara pada pistol, rim dengan bentuk seperti itu dihindari.

Akibatnya, peluru untuk revolver dan pistol Semi-Automatic tidak bisa saling tukar pakai, selain bentuknya sedikit berbeda, diameter dan panjang keduanya pun berbeda pula.
Butir Peluru untuk Revolver

Butir Peluru untuk Pistol Semi-Automatic
Dengan kedua perbedaan tipe peluru tersebut, maka pada jenis revolver, peluru tetap berada di dalam silinder pasca penembakan. Sementara pada kategori pistol semi-otomatis, peluru akan mental ke luar setiap kali penembakan, dan saat peluru di magazen habis, bagian slide akan berada pada posisi ke belakang.

Hal-hal unik :

Masyarakat Indonesia sering salah ketika menyebutkan jenis pistol yang bermagazen ini dengan nama Pistol FN. Padahal sebagaimana dijelaskan di atas, FN adalah adalah nama pabrik pistol ciptaan Browning. Dan selain memproduksi pistol semi-automatic, pabrik senjata yang berbasis di Belgia ini juga memproduksi senapan serbu laras panjang seperti FN Carbine (FNC) yang kemudian lisensinya dibeli oleh PT. Pindad dan diproduksi dengan nama SS-1. SS-1 yang merupakan singkata dari Senapan Serbu versi 1 ini, masih digunakan oleh TNI dan Polri hingga saat ini.

Kemungkinan istilah FN ini muncul karena bapak-bapak ABRI banyak yang menenteng pistol jenis Colt 1911 atau Browning Hi-Power, di mana keduanya adalah masterpiece seorang John Browning yang sangat erat kaitannya dengan pabrik senjata FN di Belgia. Selain itu bentuk kedua merk pistol tersebut memang serupa walau tak sama dan tentunya masyarakat sulit membedakannya. Sehingga kedua merk pistol tersebut diasosiasikan sebagai produk FN. Untuk memudahkan penyebutan tipe senjata api yang memiliki magazen di gagang dan dikokang dengan cara menarik slide ke belakang, maka diistilahkannya hingga saat ini dengan sebutan Pistol FN.

(disarikan dari beberapa sumber di situs internet)
F-4U CORSAIR

Di sekitar tahun 80-an, sempat para pemirsa TV di tanah air disuguhi dengan acara serial TV bertitel "Baa Baa Black Sheep". Film tersebut diperankan oleh aktor Hollywood papan atas, Robert Conrad. Film serial TV asal Paman Sam ini, terinspirasi dari pengalaman para pilot tempur Amerika pada Perang Dunia ke-2 di wilayah Pasifik.

Peran yang dimainkan oleh bintang film kawakan tersebut berperan sebagai Mbah nya 'segerombolan' pilot nyentrik dari Skuadron Tempur VMA-214 dengan sandi Black Sheep, yaitu Mayor Gregory 'Pappy' Boyington. Drama eksyen yang sangat memukau para pencinta dunia penerbangan tersebut, sering diwarnai oleh adegan manuver dan dogfight pesawat tempur yang paling melegenda di era Perang Dunia ke-2, yaitu Pesawat F-4U Corsair buatan pabrik Chance Vought.

Untuk itu Tim Zona Pertahanan akan mengupas sekelumit tentang sosok pesawat andalan negeri koboi yang satu ini, Vought F-4U Corsair.

Masa Awal

F-4U Corsair adalah pesawat tempur bermesin Super Turbo-Charge produksi pabrikan pesawat Chance Vought Amerika Serikat. Mesin penggerak besutan pabrik Pratt & Whitney ini, terbilang berukuran monster untuk mesin di kelasnya. Dengan mengusung mesin penggerak tipe R-2800 Double WASP radial, burung besi ini mampu menghasilkan tenaga sebesar 2000 tenaga kuda. Tidak heran bila pesawat ini mampu melesat dengan kecepatan lebih dari 718 km/jam. Kecepatan terbang sekilat ini sudah cukup mampu untuk mengejar dan mencegat si elang tempur Jepang, A6M Zero, yang hanya memiliki top speed 530 km/jam.

Desain awalnya dilakukan pada tahun 1938, di mana pada mulanya pesawat ini di rancang untuk bersangkar di kapal induk angkatan laut Amerika. Kemudian purwarupanya mulai mengudara pada 1940.

Namun di masa awal uji coba, serangkaian kegagalan landing di atas kapal induk mengharuskan dilakukannya beberapa perancangan ulang di bagian tertentu. Alhasil, kendala yang telah teratasi saat landing, membuat Korps Marinir Amerika kepincut untuk ikut memasukkan pesawat ini di jajarannya. Dan akhirnya F-4U Corsair mulai memperkuat jajaran pasukan marinir dan angkatan laut Amerika pada tahun 1942.

Perawakannya yang tampak jangkung saat berada di atas tanah, merupakan suatu keniscayaan, karena mesin terbang pembunuh ini dirancang untuk dapat mengungguli pesawat-pesawat dari negeri matahari terbit yang terkenal super cepat pada masanya.

Namun postur jangkung saja ternyata belum cukup, untuk dapat mengakomodir ukuran 4 bilah propeler dengan diameter mencapai 4,06 meter ini, para perancangnya harus berpikir keras agar pada saat pesawat dalam posisi datar ketika hendak take-off, ujung baling-balingnya tidak sampai menghantam permukaan landasan. Akhirnya bentuk sayap melengkung yang tampak seakan-akan patah itu, menjadi solusi yang paling mujarab.

Persenjataan

M2 Browning Heavy Mahine Gun
Pesawat tempur yang lincah nan bongsor ini, rancangan utamanya adalah pesawat petarung (fighter), namun sebagaimana pesawat tempur pada umumnya, kemampuan melakukan pemboman dan serangan terhadap sasaran darat juga menjadi keahlian wajib.

Untuk keperluan pertarungan di udara serta untuk menghajar sasaran darat, F-4U Corsair dilengkapi dengan 6 buah senapan mesin berat kaliber 12,7 mm tipe M2 Browning. Senapan mesin legendaris yang hingga abad ke-21 ini masih tetap menjadi primadona, disematkan di kedua sayapnya sebanyak 3 moncong setiap sisinya. Dengan masing-masing senapan mesin dibekali 400 butir peluru untuk sepasang senapan mesin bagian dalam dan 375 butir untuk 4 senapan mesin lainnya, sehingga untuk sekali sortie, pesawat ini membawa total 2.300 butir peluru berkaliber .50 atau 12,7 mm.

Dudukan Senapan Mesin di Sayap Pesawat
Dengan enam buah moncong senapan mesin kaliber besar yang masing-masing memiliki kecepatan memuntahkan peluru sebanyak 10 butir/detik, maka hanya dalam satu detik saja, 60 butir peluru dapat melesat sekaligus menuju sasarannya. Menurut pengalaman para pilotnya, cukup dibutuhkan waktu 3 sampai 6 detik menarik picu untuk menghancurkan sebuah sasaran baik berupa pesawat tempur atau pesawat pembom lawan, sasaran di darat dan bahkan kapal patroli di laut.

Karakteristik :

Kru: Satu
Panjang :10.26 m
Lebar : 12.50 m

Tinggi : 4.50 m
Berat kosong : 4,175 kg
Mesin : 1 × Pratt & Whitney R-2800-18W radial engine, 2,380 hp
Propeler : 4-bilah

Performa :

Kecepatan maksimum : 718 km/jam
Jarak tempuh : 1,617 km
Jarak pertempuran : 528 km
Ketinggian maksimal : 12,600 m
Kecepatan rata-rata mendaki : 22.1 m/dtk




Jika dibandingkan dengan teman sejawatnya, pesawat tempur yang pernah memperkuat Angkatan Udara RI di era orde lama berjulukan Si Cocor Merah, P-51 Mustang, ukuran F-4U Corsair ini masih sedikit lebih bongsor. Apalagi jika diperhatikan panjang hidungnya dari baling-baling hingga kokpit, cukup panjang karena bagian hidungnya tersebut dijejali dengan mesin berukuran monster, juga tanki bahan bakar dan rangkaian amunisi.

Apalagi jika dibandingkan dengan pesawat andalan Pasukan Jepang, A6M Zero, maka ukuran F-4U Corsair ini masih sangat bongsor.

'Peluit Kematian'

Pada masa perang dunia ke-2 di Teater Pasifik, di mana pertarungan dimainkan antara pasukan Amerika dan Jepang, F-4U Corsair menjadi andalan Amerika dalam melakukan misi-misi pemboman dan bantuan serangan udara ke darat.

Setiap kali pesawat ini menyambar sasaran, apakah untuk menjatuhkan bom atau melakukan penembakan ke pusat-pusat kekuatan artileri Jepang, pesawat ini mengeluarkan 'bunyi khas' mirip bunyi peluit atau siulan, yang membuat pasukan darat Jepang sedikit gentar, karena aksi setengah diving F-4U ini tidak jarang menimbulkan korban jiwa di pihak tentara Jepang.

'Bunyi khas' tersebut ditimbulkan oleh udara yang mengalir melalui lubang air intake di pangkal sayap pada saat F-4U ini menukik. Sehingga tentara Negeri Matahari Terbit ini menyebutnya dengan panggilan 'Usui kino-shi' atau 'Peluit Kematian', dalam bahasa Inggris 'The Whistling Death'.

 

Namun dibalik sederet keunggulan yang disandangnya, bukan berarti si burung besi pembunuh ini dilahirkan tanpa kekurangan. Hidungnya yang dirasa terlalu mancung, membuat para pilotnya sering kesulitan ketika akan mendaratkan pesawat ini di atas dek kapal induk karena ukuran hidungnya tersebut justru malah menghalangi pandangan sang pilot.

Untuk mengatasi kesulitan pandang tersebut, sering kali si pilot membuka kanopi dan menjulurkan kepalanya ke luar kokpit untuk mendapat pandangan yang lebih jelas terhadap posisi dan kondisi landasan di atas dek kapal induk yang akan didaratinya.

Selain itu, Stall behaviour atau kehilangan daya angkat sesaat pesawat akan mendarat, menjadi satu kecenderungan yang cukup mematikan. Untuk mengatasi kekurangan yang satu ini, para perancangnya telah menambahkan sebuah perangkat yang disebut Stall Strip sepanjang 15 cm pada salah satu bagian depan sayapnya agar kecenderungan jatuh sebelum landing itu tidak terjadi lagi.

Dan satu lagi, kekurangan yang umum diderita pesawat tempur, yaitu jumlah amunisi. Walau kelihatannya bekal sebanyak 2.300 butir peluru adalah jumlah yang sangat banyak, namun disebabkan rate of fire dari setiap senapan mesin M2 Browning yang diusung oleh F-4U ini, yaitu sebesar 450-600 butir/menit, maka akumulasi penarikan picu tembakan selama total 40 detik atau paling lama 1 menit, sudah cukup menguras peluru yang dibawanya.

Dengan demikian, untuk sekali sortie, setiap pilot rata-rata hanya dapat memberangus 10 sasaran saja paling banyak. Itu pun dengan catatan sekali tarikan picu langsung mengenai sasaran yang dibidiknya.

Namun jika F-4U Corsair ini harus terlibat dalam sebuah duel udara satu lawan satu, yang mana biasanya lawan yang dihadapi adalah juga seorang pilot berpengalaman, dan jika pilot F-4U ini beruntung keluar sebagai sang juara, maka skore yang diperoleh jauh di bawah 10.

Seperti dikutip dari beberapa sumber, bahwa proses mastering pesawat F-4U Corsair ini, para penerbang tempur Amerika membutuhkan waktu yang relatif lebih lama ketimbang durasi yang dibutuhkan untuk menguasai pesawat tempur tipe lainnya. Hal ini disebabkan oleh karakteristik si Jangkung ini yang cukup unik dan berbeda dengan pesawat-pesawat tempur di masanya. Sehingga seorang pilot membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memperoleh feel atas F-4U Corsair ini.


Tim Zona Pertahanan @2017
Pasukan Gurkha adalah pasukan yang berasal dari Nepal.
Silat merupakan salah satu seni bela diri asli nusantara. Sebuah seni bela diri yang lahir dan berkembang di bumi pertiwi ini, keberadaannya kini semakin dilirik oleh bangsa-bangsa lain, tidak terkecuali bangsa Eropa.
HUMINT atau Human Intelligence adalah salah satu terminologi dalam dunia spionase. HUMINT adalah suatu kegiatan spionase atau kegiatan pengumpulan informasi, baik terbuka maupun tertutup, di mana sumber informasi tersebut disediakan oleh manusia.

Bagi anda yang tinggal di sekitar komplek tentara, tentunya sudah tidak asing lagi dengan SUV nya Uni Sovyet yang satu ini. Dia adalah mobil merk GAZ-69, kendaraan perang negeri Beruang Merah.

Sosoknya yang kokoh dan sedikit sangar ini, telah membuktikan kejantanannya di setiap medan, baik dalam masa damai maupun perang. Tidak kurang dari medan konflik di wilayah Eropa Timur, Timur Tengah hingga kawasan Asia Tenggara telah dilumatnya.

Mobil yang sangat familiar di kalangan anggota ABRI sekitar akhir tahun 60-an hingga akhir 70-an dengan nama panggilan GAZ ini, sejatinya mulai diproduksi tahun 1953 hingga 1956. Pabrik mobil bernama GAZ lah yang memiliki andil dalam produksinya. Nama GAZ sendiri (dalam bahasa Rusia ditulis sebagai ГАЗ), singkatan dari Gorkovsky Avtomobilnyi Zavod, atau Pabrik Mobil Gorky. Kemudian mulai tahun 1956 hingga 1972, proses fabrikasinya dialihkan ke perusahaan pembuat mobil bernama UAZ (ditulis УАЗ), atau Ulyanovsky Avtomobilny Zavod yang artinya Pabrik Mobil Ulyanovsk. Ukuran body-nya yang sedikit lebih bongsor ketimbang Jip Willys, membuatnya masuk ke dalam jajaran kendaraan Truk Ringan (Light-Truck).


Sosok legendaris sang penakluk segala medan ini, mengusung mesin dengan kapasitas 2100 cc dengan tenaga keluaran sebesar 65 tenaga kuda. Walau disebut sebagai jagonya medan berlumpur, namun di jalanan rata, justru Jip Beruang Merah ini bukanlah sang juara, karena sistem transmisinya hanya 3-speed manual sehingga andaikan pedal gas kita injak sampai lantai pun, maka kecepatan puncaknya hanya mentok di 90 km/jam. Tapi jangan kecewa, karena kecepatan seperti itu, sudah merupakan sebuah prestasi untuk mobil di kelasnya pada era perang dingin.


Sesuai dengan perawakannya yang memang dirancang untuk medan pertempuran, mobil hasil buah karya Grigoriy Vasserman ini, dilengkapi dengan 2 buah tangki BBM. Satu tangki berada di bawah lantai mobil dengan kapasitas 47 liter, satunya lagi berada di bawah jok penumpang dengan kapasitas 28 liter.


Berbeda dengan Land Rover buatan Inggris yang body-nya terbuat dari bahan aluminium sisa produksi pesawat, GAZ-69 ini didominasi oleh material besi dan baja. Tidak heran karena negeri Beruang Merah ini dikenal sebagai negeri penghasil baja. Sehingga pada masa keemasan GAZ di tanah air sekitar pertengahan tahun 70-an, tidak ada satu pun mobil produk Jepang yang berani mendekat dengannya, sebagaimana dimaklumi mobil produk Jepang terkenal sebagai mobil body kaleng krupuk. Ibaratnya sekali bersenggolan, tamatlah riwayat mobil Jepang itu.


Yang unik dari GAZ-69 ini, hingga tahun 1993 produksi kendaraan taktis ini menggunakan atap kanvas yang oleh pabrikannya dimaksudkan untuk mengantisipasi kebutuhan akan perang yang sewaktu-waktu pecah. Kebijakan produksi seperti itu dihentikan setelah berakhirnya masa perang dingin antara blok barat dan timur di akhir tahun 80-an. 

Demikian tulisan mengenai "Gaz 69, Mobil Off-Road nya Negeri Beruang Merah". Tulisan ini disarikan dari berbagai situs dan pengalaman Tim Zona Pertahanan.














Wednesday, May 10, 2017





Pistol bermerk Makarov (Russian: Пистолет Макарова, Pistolet Makarova), bisa dikatakan sejajar dalam hal popularitasnya jika dibandingkan dengan Colt 1911 nya Amerika. Makarov adalah pistol andalan Blok Timur buatan Uni Sovyet tahun 1949 dan pada tahun 1951 masuk sebagai pistol organik tentara dan polisi Uni Sovyet hingga tahun 1991.

Pistol yang menggunakan mekanisme blowback action ini, adalah hasil rancangan Nikolay Fyodorovich Makarov untuk menggantikan pistol organik sebelumnya yaitu Tokarev TT-33. Tidak hanya rancangan pistolnya sendiri, Makarov juga membuat standard tersendiri untuk munisinya yang berkaliber 9x18mm. Dengan kekhususnya yang dimiliki oleh pistol ini, sehingga munisinya tidak dapat digunakan oleh pistol-pistol produk NATO. 

Dan memang perbedaan kaliber ini oleh pembuatnya dimaksudkan sebagai antisipasi agar pada saat perang dingin, jika tentara NATO berhasil merebut atau menyita amunisi tentara Blok Timur, tetap saja tentara NATO tidak dapat menggunakan munisi tersebut di senjata api produk mereka.


Selain digunakan oleh organik negara pembuatnya, Uni Sovyet, Pistol Makarov ini juga digunakan sebagai pistol organik di sejumlah negara blok timur, seperti Jerman Timur, Bulgaria, Polandia, RRC dan Korea Utara. Keandalan, akurasi yang tinggi serta kestabilannya, sebagaimana dituturkan oleh penggunanya, membuat banyak negara 'jatuh hati' untuk memilih pistol ini sebagai senjata api organik tentara dan polisinya. 

Ukurannya yang kecil menjadi pertimbangan pilihan karena dengan demikian pistol ini mudah dibawa dan bahkan disembunyikan di balik baju.

Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa pistol Makarov ini menggunakan kaliber 9x18mm. Peluru kaliber ini sedikit lebih ‘pendek’ dan lebih ‘gemuk’ dari pada kaliber 9x19mm yang banyak digunakan oleh pistol-pistol produk belakangan ini, seperti Glock, Sig Sauer dan lain-lain.

Kecepatan peluru setelah ditembakkan adalah 1030 fps (feet per second) atau sekitar 315 meter per detik. Dan dengan jarak efektif tembakan adalah 50 meter dikombinasikan dengan proyektil yang sedikit 'gemuk' tersebut, dapat menciptakan daya hantam yang sangat merusak terhadap target yang dikenainya. Tak dapat disangkal lagi lawan akan tumbang seketika karenanya.


Berbicara mengenai ruang penyimpanan pelurunya atau magazen peluru, pistol ini dilengkapi dengan magazen yang posisinya berada di dalam batang grip atau gagang pistol. Di mana satu magazen berisi maksimal 8 butir peluru yang tersusun dengan posisi bertumpuk lurus (tidak zig-zag). 

Dilengkapi dengan sistem pengamanan lever 2 posisi, posisi menembak (fire) dan posisi aman (secure), membuat pistol ini aman karena tidak mudah meletus. Sehingga sangat cocok untuk tugas-tugas kepolisian dan misi-misi rahasia, selain sesuai pula untuk senjata para perwira lapangan di medan tempur.



Dimensi Pistol :

Panjang
161.5 mm (6.36 in)
Panjang Laras
93.5 mm (3.68 in)
Lebar
29.4 mm (1.16 in)
Ukuran Peluru  
9×18mm Makarov / .380 Auto

Karena desain pistol ini hanya terdiri dari 25 bagian saja, membuat proses bongkar-pasang pistol andalan negara Beruang Merah ini sangat mudah dan sederhana. Bandingkan dengan Pistol Walther PP yang terdiri dari 42 bagian. Makanya pistol ini sangat digemari bukan saja oleh kalangan profesional, tetapi juga para pemula, karena kemudahannya dalam penggunaan dan perawatannya.

Namun, di balik kesempurnaan rancangan Nikolay Makarov, ternyata rancangan pistolnya ini ‘terinspirasi’ dari rancangan Pistol Walther PP yang diproduksi oleh Pabrik Senjata Jerman, Carl Walther Waffenfabrik. Bukan hanya mirip dalam hal bentuk dan ukurannya, tetapi juga rangka utama (frame) dan mekanisme kerjanya. 

Yang sedikit membedakan di antara keduanya adalah posisi tombol Magazen Release dan penggunaan kalibernya, di mana Walter PP menggunakan munisi yang lebih kecil, yaitu kaliber 7,65 x 17mm. 

Ketika berbicara masalah keakurasian dan kestabilan yang sangat mengagumkan saat penembakan, hal tersebut dikarenakan pistol Makarov ini menerapkan mekanisme Blow back action.  Di mana, pada saat setelah proses penembakan, posisi laras dalam keadaan tetap terhadap rangka utama (frame), sehingga memperkecil bagian yang bergerak saat peluru berikutnya masuk ke kamar tembak (proses recoil). Ini tentu berbeda dengan pistol semi-otomatis produk belakangan ini yang ketika terjadi proses recoil, larasnya sedikit berubah posisi naik ke atas. Tidak disangkal jika ada sebutan bahwa Pistol MAKAROV, Senjata Organik Tentara Blok Timur.

Hal-hal Unik seputar Pistol Makarov :

  • Setiap Kosmonot pesawat luar angkasa Uni Sovyet, Soyuz, selain diperlengkapi dengan alat bertahan hidup (survival kit) berupa peralatan PPPK (fisrt aid kit), alat memancing, juga dilengkapi dengan Pistol Makarov ini serta sejumlah munisi.

  • Begitu legendarisnya pistol Makarov ini, sehingga sampai saat ini banyak para kolektor senjata api terus mencari-cari dan mengkoleksi pistol ini. Bahkan telah dibuatkan pula replika untuk 'mengobati' kerinduan para pengagum senjata api ini.

  • Hasil desain yang cukup sempurna dari Pistol ini, membuat para produsen pistol angin (air Pistol) dan produsen Softgun, tidak melupakan jenis pistol ini untuk diadopsi bentuk dan desainnya dan dijadikan dagangan mereka, dan ternyata sangat laku di pasaran pistol angin dan softgun.

  • Tentara Indonesia termasuk salah satu pengguna Pistol Makarov ini namun ternyata tidak semua angkatan menyandangnya. Tercatat hanya TNI-AU yang menggunakan pistol jenis ini. Itu pun khusus untuk pistol pegangan para perwira dan itu pun hanya digunakan di sekitar tahun 1960-an ketika Pemerintahan Orde Lama sempat 'mesra' dengan Uni Sovyet hingga saat ini. Sementara TNI-AD dan TNI-AL menggunakan Colt 1911, Browning Hi-Power atau yang umum disebut pistol-FN, dan Polri menggunakan Revolver Colt 32 dan Colt 38.

(disusun oleh Tim Zona Pertahanan dari berbagai website)



    -