Thursday, June 15, 2017



Anda pasti kenal karakter agen spionase yang jagoan dan keren abis bernama James Bond. Dengan kode sandi 007 (dibaca : Double-Oh-Seven), dia digambarkan sebagai karakter yang  piawai dalam berkelahi, kebut-kebutan, tembak-tembakan bahkan merayu wanita cantik.

Gambaran agen spionase seperti di atas memang tidak 100% nyata, tapi tidak seratus persen salah juga. 

Untuk mengupas dunia spionase atau dunia intelijen, Tim Zona Pertahanan berusaha mengumpulkan referensi dari beberapa sumber dan membahasnya di bawah ini.

HUMINT

Pertama-tama jika kita bicara dunia intelijen atau lebih dikenal dengan istilah spionase, ada beberapa terminologi yang digunakan, salah satunya yaitu HUMINT, atau Human Intelligence, atau dalam bahasa Indonesianya disebut Intelijen Manusia. Istilah lain seperti SIGINT (Signal Intelligence), IMINT (Imagery Intelligence), OSINT (Open Source Intelligence) dll.


Pengertian HUMINT jika diartikan secara bebas adalah suatu upaya, usaha atau kegiatan dalam mengumpulkan informasi baik rahasia maupun terbuka yang diperoleh dari sumber informasi berupa manusia. Oleh karena itu disebut Intelijen Manusia atau Human Intelligence (HUMINT).

Informasi yang dimaksudkan dalam definisi di atas, tidak terbatas hanya informasi yang berkaitan dengan kondisi lawan, namun juga segala informasi yang dibutuhkan oleh sebuah organisasi spionase, termasuk informasi mengenai negara sahabat dan bahkan informasi terkait masyarakat di negaranya sendiri.

HUMINT menggunakan sumber informasi dari manusia yang digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi yang dituju dengan berbagai metode kegiatan, baik aktif maupun pasif. Selain itu, dalam dunia spionase, dikenal pula taktik dan teknik untuk memperoleh informasi, salah satunya adalah dengan melakukan wawancara tertutup atau elisitasi.

Dari sisi jenis informasi yang dikumpulkan ada berbabagai macam. Jika dalam masa peperangan, maka informasi yang dikumpulkan adalah mengenai Cuaca, Medan dan Musuh atau disingkat CU-ME-MU. Informasi ini dibutuhkan karena dalam situasi perang, maka ketika akan melakukan penyerangan ke wilayah musuh, maka informasi seperti di atas lah yang paling banyak dibutuhkan oleh seorang Panglima angkatan bersenjata atau seorang komandan untuk memutuskan sebuah penyerangan.

Namun di masa damai, maka informasi yang dibutuhkan lebih kepada aspek-aspek seperti Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial Budaya dan Pertahanan Keamanan (IPOLEKSOSBUDHANKAM) lawan. Segala informasi yang berkaitan dengan aspek IPOLEKSOSBUDHANKAM lawan ini lah yang sangat berguna dan dibutuhkan oleh seorang pimpinan negara untuk membuat keputusan terhadap lawannya, apakah akan dipengaruhi dari sisi aspek-aspek tersebut atau aspek lainnya.

Entitas Intelijen

Entitas manusia yang terlibat di dalam kegiatan HUMINT ini pada umumnya kita sebut sebagai AGEN, atau INTEL, di kalangan militer biasa disebut PETUGAS.

Agar para agen ini dapat bekerja dengan baik, maka mereka harus mendapatkan perintah dan dukungan dari pihak yang lebih tinggi, atau di atasnya. Pihak yang memberikan perintah ini disebut sebagai SPONSOR. Sponsor di sini, tidak hanya bersifat individu, tetapi juga dapat berbentuk sebuah badan pemerintahan atau bahkan seorang kepala negara.

Seorang agen tidak bekerja seorang diri, untuk menjalankan tugas di suatu wilayah operasi, dia direkrut dan dilatih oleh seorang Agent Handler. Kemudian setelah agen ini dinilai siap menjalankan tugas tertutup, dia akan memperoleh perintah dari Agent Handler lainnya. Dalam terminologi intelijen, pemutusan mata rantai jaringan spionase disebut dengan Cut-Out

Kemudian, antara satu jaringan intelijen dengan jaringan lainnya akan saling tidak mengetahui apa yang dilakukan dan siapa saja yang terlibat, dalam istilah spionase hal ini disebut sebagai Kompartementasi

Cut-Out dan Kompartementasi ini sangat berguna agar jalannya sebuah operasi spionase tidak mudah tercium oleh pihak-pihak yang tidak berkepentingan. Dan jika sebuah jaringan intelijen sampai tercium atau bahkan terbuka oleh pihak lawan, maka disebut bahwa jaringan tersebut telah ter-Blow-Up.

Organisasi Intelijen

Markas Pusat CIA di Langley, Virginia, AS
Di dunia ini, setiap negara pasti memiliki badan HUMINT. Sebutlah Amerika yang memiliki CIA (Central Intelligence Agency)  sebagaimana sering digambarkan dalam film-film eksyen garapan Hollywood. KGB (Komitet Gusudarstvenoy Bezopasnosti), lembaga HUMINT kepunyaan Uni Soviet yang sangat diandalkan negeri beruang merah sebelum terpecah. Dan kini Rusia mengandalkan FSB (Federalnaya Sluzhba Bezopasnosti) sebagai badan HUMINT nya untuk menggantikan peran KGB yang sudah tinggal sejarah.

Demikian juga Israel dengan institusi MOSSAD yang sangat disegani karena efisiensi organisasinya. Kemudian dari Inggris ada Military Intelligence atau dikenal sebagai MI-5 untuk urusan dalam negeri dan MI-6 sebagai organisasi pengumpul informasi luar negerinya.

Di tanah air, kita memiliki Badan Intelijen Negara atau disingkat BIN. BIN telah mengalami beberapa kali transformasi sebelum menyandang nama tersebut sekarang. Sebelumnya badan HUMINT Indonesia ini bernama BAKIN (Badan Koordinasi Intelijen Indonesia). 

Selain badan utama yang menggawangi masalah intelijen ini, ada beberapa institusi lain di negeri ini yang juga memiliki organisasi HUMINT di bawah struktur utamanya, seperti TNI dengan BAIS nya, Intel Kejagung, Baintelkam POLRI, intelijen imigrasi dan intelijen BEA dan CUKAI. Jadi BAIS, Intel Kejaksaan Agung, Baintelkam POLRI, Intelijen Imigrasi tersebut merupakan fungsi intelijen yang dimiliki institusi besarnya.

Untuk menjalankan misi rahasianya, badan intelijen biasanya melakukan kegiatannya yang dikemas dalam sebuah operasi yang disebut operasi klandestin, atau operasi tertutup. Untuk itu, semua agen yang terlibat di dalamnya dibekali dengan sejumlah perlengkapan seperti, cover identity, senjata api, peralatan surveillance dan masih banyak lagi.

Di samping perlengkapan fisik tadi, seorang agen juga telah melalui berbagai pendidikan keahlian individu untuk memiliki keahlian khusus intelijen yang disebut Tradecraft. Keahlian khusus tersebut antara lain keahlian melakukan pengamatan, penggambaran, penjejakan fisik, wawancara terselubung (elisitasi), fotografi, melakukan enkripsi dan dekripsi informasi dan masih banyak keahlian lainnya.

Kegiatan Utama Intelijen 

Di dalam dunia intelijen, kegiatan intelijen ke dalam 3 (tiga) kelompok besar kegiatan. Kelompok kegiatan itu adalah  :
1. PENYELIDIKAN (LID);
2. PENGAMANAN (PAM);
3. PENGGALANGAN (GAL).

Di mana kegiatan LID adalah suatau usaha atau kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh informasi yang diinginkan oleh pihak Sponsor dengan menggunakan berbagai cara dan metode. Penyelidikan dapat dilakukan terhadap sumber-sumber terbuka, seperti surat kabar, radio dan televisi, dan sumber terbuka lain. Sumber terbuka ini umumnya berkisar sekitar 90% dari seluruh informasi yang diinginkan oleh pemberi perintah (sponsor), sementara 10% informasi lainnya bersifat tertutup. Informasi terbuka sangat bertebaran dan mudah diakses. Maka dari itu dibutuhkan personil-personil yang berfungsi sebagai pengumpul dan penganalisa informasi yang bersifat masif tersebut.

Sementara informasi tertutup, sulit dicari bahkan diakses. Sehingga untuk memperoleh informasi yang bersifat tertutup tersebut, perlu dilancarkan kegiatan operasi intelijen yang bersifat tertutup pula, atau kegiatan operasi klandestin.

Sementara kegiatan PAM adalah sebuah usaha yang dilakukan dalam rangka mengamankan jalannya kegiatan sebuah operasi intelijen, baik insidentil maupun kegiatan yang bersifat terus-menerus. Kegiatan PAM ini dilakukan dengan berbagai metode, baik PAM fisik, PAM dokumen/informasi, PAM Personil, PAM kompleks, atau instalasi dan PAM Kegiatan. Sebuah operasi terbuka maupun tertutup tidak akan mencapai hasil jika tidak didukung dengan kegiatan Pengamanan ini.

Dan Kegiatan GAL adalah kegiatan yang dilakukan untuk mempengaruhi situasi, baik pihak sendiri maupun adversary, agar pihak yang dituju tersebut mendukung pihak Sponsor, dalam hal ini pimpinan sebuah negara atau sebuah institusi. Bentuk kegiatan GAL ini bisa berupa Psy-War, agitasi, penipuan, pengelabuan, aksi teror, sabotase, bahkan penyebaran berita Hoax.

Memang cukup menarik untuk menyimak kisah-kisah spionase, baik yang nyata maupun fiksi. Jika anda pernah mengamati film serial Bourne yang diperankan oleh aktor Matt Damon, itulah kira-kira penggambaran yang cukup mendekati kehidupan nyata seorang agen spionase. 

Sedangkan untuk agen 007 karangan Ian Flemming, seorang James Bond, oleh pengamat dunia intelijen dikatakan bahwa tokoh ini lebih mendekati penggambaran seorang agen kontra spionase. Di mana tugas-tugas yang diembannya lebih banyak melakukan penangkalan kegiatan intelijen negara lain, pelumpuhan lawan, bahkan penghilangan jiwa lawannya (negasi). 

Tapi penggambarannya mungkin terlalu 'lebay' untuk kerja seorang agen spionase.


Dikompilasi dari berbagai sumber @2017




0 komentar:

Post a Comment

Silahkan memberikan komentar. Terima kasih.